Siapa yang bisa menafikan kelezatan mi instan? Tak hanya enak, membuatnya pun perlu membutuhkan usaha yang besar dan waktu yang lama. Namanya saja mi instan.
Meski begitu, menurut beberapa penelitian, mi instan merupakan makanan berpengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Lebih-lebih jika terlalu sering dikonsumsi.
Kompas.com pernah bikin laporan begini: Mengonsumsi mi instan sekitar sekali dalam tiga minggu akan meningkatkan risiko penyakit sindrom kardiometabolik.
Kondisi yang bisa membuat seseorang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Bagaimana kalau lebih dari itu? Berikut cerita 3 orang yang bernasib tragis akibat terlalu sering makan mi instan.
1. Mahasiswi di China 3 Minggu Hanya Makan Mi Instan Kejadian ini terjadi pada 15 Oktober 2018 lalu. Seorang mahasiswi bernama Hong Jia membuat heboh laman berita utama di China.
Hong Jia hanya makan mi instan sejak 15 Oktober 2018 dan berlangsung selama 2 minggu berikutnya.
Dia melakukan itu untuk berhemat karena ingin mengikuti hari belanja online terbesar di China.
Sebuah video Pear menjadi viral menggmbarkan Hong Jia mampu menyimpan uang sebesar 749 yuan atau setara Rp 1.500.000, – yang rencanakan akan dia belanjakan pada harbolnas 11 November 2018 lalu.
Nahasnya, bukan asyik berbelanja di hari itu Hong Jia justru harus dirawat di rumah sakit.
Hong Jia justru harus membayar 1000 yuan lebih untuk infus dan obat yang harus ia tebus. Tabungannya pun tidak cukup untuk biaya perawatannya.
Pada awalnya, Jia mengatakan dia mengalami demam tinggi, lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa Hong Jia harus diopname di rumah sakit.
Jia tidak mengetahui dengan jelas sakit yang dialaminya namun dia yakin hal ini karena dia terus-terusan mengkonsumsi mie instan.
2. Mahasiswa Meninggal Setelah Setiap Malam Makan Mi Instan Kejadian ini terjadi pada November 2018 lalu. Dikutip dari news.seehua.com via World of Buzz, remaja yang tidak disebutkan namanya ini mulai mengembangkan kebiasaan tidak sehatnya semenjak SMA.
Dia akan memasak sebungkus mi instan tiap kali belajar pada tengah malam dan memakannya.
Tetapi lama-kelamaan kondisi kesehatanya semakin memburuk. Pihak keluarga kemudian membawanya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.
Secara mengejutkan, ia didiagnosis menderita kanker perut stadium akhir.
Hanya ada sedikit harapan baginya untuk bertahan hidup karena kanker telah menyebar ke organ-organ lain.
Setelah setahun berjuang melawan kanker, ia akhirnya meningga dunia.
3. Usus Anak Dipotong Akibat Kebanyakan Mi Instan Pada 2009 lalu di Indonesia, Hilal Aljajira yang saat itu berusia 6 tahun harus menjalani kenyataan pahit ususnya dipotong.
Seperti dikutip dari Kompas.com, usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipoting.
Ini adalah akibat setiap hari ia hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya.
Saat usianya 2 tahun, ibu Hilal, Erna Sutika, memutuskan untuk bekerja untuk membantu keuangan keluarganya.
Dia bekerja sebagai pembuat bulu mata palsu tak jauh dari rumahnya di Garut, Jawa Barat. Hilal dititipkan oleh Erna pada ibunya.
Dari situ, nenek Hilal sering memberinya mi instan. Pun dengan Erna yang sebelumnya juga suka memberi makan anaknya mi instan jika sedang tidak masak.
Jal tersebut membuat Hilal’ kecanduan’ dan selalu ingin makan mi instan. Ia tidak mau makan kalau tidak makan mi instan.
Sampai akhirnya Hilal mengeluh sakit perut dan tidak bisa buang breath besar.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk.
Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya rusak.
Saat itulah diketahui Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Kasus-kasus di atas menjadi pelajaran bagi kita.
Menurut Prof C Hanny Wijaya, Food Science Expert dan Head of Food Chemistry Division IPB seperti dikutip dari Kompas.com, tak ada aturan pasti seberapa sering boleh makan mi instan.
Tetapi yang penting bagi setiap orang adalah menjalankan pola makan dengan gizi seimbang dan kebiasaan makan yang baik, juga memerhatikan unsur kesehatan.
Sumber: suar.grid.id
Read more: islamidia.com